Gerakan Selamatkan NKRI: Negara Dalam Kondisi Bahaya
WK – Deklarasi “Gerakan Selamatkan NKRI” yang digalang tokoh “Malari” Hariman Siregar pada Kamis (12/11/2015), memperkuat sinyal bahwa negara dalam kondisi bahaya. Apalagi mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso dalam deklarasi tersebut menegaskan, situasi Indonesia saat ini tengah terinfiltrasi oleh paham liberalisme dan kapitalisme model baru.
Penegasan itu disampaikan aktivis politik Ahmad Lubis dalam pernyataannya kepada intelijen.co.id (13/11/2015). “Negara sudah kondisi bahaya, makanya tokoh-tokoh senior ‘turun gunung’ dan mengajak rakyat bersama mahasiswa untuk menyelamatkan bangsa Indonesia yang sedang dalam bahaya. Penyelamatan negara bisa dilakukan dengan melengserkan Jokowi,” papar Lubis.
Kata Lubis, pertemuan Hariman Siregar dengan beberapa tokoh nasional itu sepi dari pemberitaan menjadi pertanda adanya kolaborasi jahat penguasa dengan media. “Sekarang rakyat sudah tahu media-media mana saja yang menjadi pendukung penguasa, apapun yang salah dari penguasa sudah dianggap benar semua. Walaupun ada pernyataan benar dari pihak pengkritik tidak akan dimuat oleh media,” jelas Lubis.
Lubis mengatakan, pertemuan tokoh senior itu perlu dilakukan secara rutin agar tetap terjadi konsolidasi. “Sekarang komunikasi bisa temu langsung, maupun di group whatapps maupun media sosial. Inilah modal yang kuat untuk konsolidasi dalam menghadapi negara yang sedang dalam kondisi bahaya,” ungkap Lubis.
Sebelumnya tokoh Malari Hariman Siregar Hariman menegaskan, pemerintahan Presiden Jokowi sedang di ujung tanduk. Pasalnya, pemerintahan ini tak memperlihatkan kemampuan menyelesaikan persoalan bangsa.
“Pemerintahan Jokowi ini sudah di ujung tanduk. Berbagai persoalan tak bisa diselesaikan. Rakyat menghadapi tekanan hidup yang makin berat dan sulit,” papar Hariman saat acara curah pendapat ‘Gerakan Selamatkan NKRI’ (Kamis, 12/11/2015). (*)