Hikmah Dibalik Tragedi Haji 1436 H.
WK – Musim haji tahun ini banyak sekali ujian dan cobaan yang dihadapi oleh jama’ah haji. Mulai dari cuaca ekstrim, badai pasir, jatuhnya crane, kebaran hotel, angin topan sampai insiden di Mina.
Berita yang muncul cukup simpang siur. Entah karena by accident atau malah by design. Tapi kita bisa mengambil banyak pelajaran dari tragedi haji musim ini.
- Kedepankan Husnudzon
Kullu nafsin dzaaiqatul maut. Setiap yang berjiwa akan mengalami mati. Maut menjemput bisa dimana saja, bisa di masjid bisa pula di diskotik. Maut datang dalang kondisi apa saja, baik sedang beribadah maupun bermaksiat.
Kita hanya bisa menilai dari perkara lahir, sedang urusan batin kita serahkan pada Allah ta’ala. Yang kita tahu, bahwa para jama’ah haji datang ke Makkah dengan niat suci, beribadah di Masjidil Haram, mengenakan kain ihram, dan lain-lain.
Melihat kondisi ini, mari berhusnudzon bahwa mereka meninggal dalam kondisi beriman dan beribadah. Ayo panjatkan doa : Allohummagh firlahum, warhamhum, wa’afihi wa’fu ’anhum.
- Sabar dalam Beribadah
Tema tentang sabar lebih didominasi untuk menghadapi kondisi kesulitan, kelemahan dan kekurangan. Padahal sabar adalah perhiasan seorang muslim dalam semua urusan, termasuk sabar dalam perkara ibadah. “Innalloha ma’ash shabiriin”.
Ibadah haji itu menguras ketahanan fisik. Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, Sa’i antara Shafa dan Marwah, Thowaf di Baitullah, Lempar Jumrah dll. Bayangkan jika dua juta lebih manusia berkumpul dilokasi yang sama untuk menjalankan ritual yang sama.
Berdesakan antar jama’ah haji mustahil terhindarkan dan sering berakibat fatal. Disini kita belajar untuk bersabar, baik dalam mengejar keutamaan tertentu maupun dalam menunaikan rukun ibadah. Bukankah rasul berpesan : “Ayyuhan naas, ‘alaikum bis sakiinah”.
- Keamanan Makkah
Allah telah menjadikan Baitullah sebagai tempat berkumpul manusia (ibadah haji dan umrah) dan tempat yang aman. Bahkan ditegaskan lagi “Wa man dakhalahu kaana aminaa”. Dengan beragam tragedi haji tahun ini, apakah Makkah sudah tidak lagi aman?
Ada banyak tafsir terhadap konsep Makkah sebagai daerah yang “Aman”. Bisa berupa penjagaan Allah kepada mereka yang berniat menghancurkan Baitullah sebagaimana perihal dihancurkannya pasukan bergajah. Bisa berupa dihalanginya Dajjal untuk masuk ke Makkah (dan Madinah) karena seluruh pintunya dijaga malaikat.
Bisa berupa pencegahan qishah selama berada ditanah haram, sebagaimana yang diucapkan oleh ibnu Umar ra “Jika aku bertemu dengan pembunuh ayahku di Makkah, niscaya aku tidak melakukan qishash”. Atau bisapula karena beragam larangan dan perbuatan dzalim diatas tanah haram, sehingga Makkah menjadi tempat yang aman.
Segala bencana dan tragedi yang terjadi pada musim haji tahun ini harus menjadi bahan introspeksi bagi kaum muslimin secara umum. Mungkin banyak kemaksiatan, mungkin ada kezhaliman, mungkin banyak larangan Allah pula yang dilanggar. Sehingga bencana pun bisa pula masuk ke tanah haram.
Satu contoh sederhana adalah larangan berperang di bulan haram. Semestinya selama 4 bulan haram adalah masa damai, tidak ada perang maupun darah yang tertumpah. Tapi kita tahu bahwa di Timur tengah (Suriah, Iraq, Yaman, dan yang lainnya) terus menerus terjadi perang dan pembantaian tanpa mengindahkan larangan bulan haram.
- Kampanye Kebaikan
Musuh islam bergembira dan bersorak atas tragedi kemanusiaan dimusim haji tahun ini. Mereka seolah mendapatkan peluru tajam untuk menyerang islam dan mendekonstruksi syariah.
Benar bahwa disana sini perlu dilakukan perbaikan dan pembenahan secara intensif. Dari hulu ke hilir, dari sistem dan mekanisme dinegara asal maupun di haramain. Namun jangan pula kita terjebak dengan nyanyian kaum anti islam yang membuat kita jadi phobi dan memiliki wacana negatif tentang haji.
Cukuplah kita berpegang pada sabda nabi “Man kaana yu’minu billahi wal yaumil akhir, falyaqul khaira au liyashmut”.
Khatimah:
Dibalik segala musibah, tentu ada banyak harapan. Diantaranya harapan tentang pelipatgandaan amal. Karena pahala suatu amal juga ditentukan oleh besarnya rintangan dan ujian. Semakin besar kesulitannya, semakin besar pula pahalanya.
Harapan lain adalah peningkatan kualitas jama’ah. Karena pelatihan yang keras seringkali menghasilkan produk yang berkelas. Semoga para jama’ah haji tahun 1436 H bisa mempelopori banyak kebajikan ditengah kaumnya kelak. Aamiin…
Sumber: FB Eko Jun (Eko Junianto, SE)